MPA (Motion Picture Association) berniat untuk tidak lagi mengedarkan film-film hollywood ke indonesia dikarenakan kenaikan pajak film impor, lalu bagaimana nasib perfilman nasional di negeri ini ya????. Apakah dengan tidak adanya film-film hollywood mampu memberikan kesempatan bagi film-film nasional bisa unjuk gigi???, sebagian menganggap bahwa menghilangkan film-film hollywood berarti mematikan minat nonton bioskop masyarakat indonesia dan juga mematikan kreatifitas sineas lokal, lalu...sebagian lagi menganggap bahwa dengan tidak adanya film-film hollywood membuat film-film nasional bisa unjuk gigi dan mampu menggantikan crowdednya film hollywood. Selama ini memang film-film hollywood lah yang mampu unjuk gigi dengan menawarkan aksi-aksi dan cerita yang lebih "gorgeous" ketimbang film lokal, Ini terbukti dengan banyaknya antrian untuk film-film hollywood di bioskop-bioskop nasional karena film hollywood menawarkan film yang lebih bermutu dan tak jarang cerita yang ditawarkan pun inspiratif ketimbang film lokal. Sementara film lokal tak mampu berbuat lebih banyak karena cerita yang ditampilkan pun itu-itu saja, membuat masyarakat kita jenuh. Film-film lokal yang beredar di bioskop selama 8-9 tahun ini hanya menawarkan lebih banyak yang bertema horror atau cerita hantu. Rata-rata film horror lokal tersebut pun memiliki cerita yang tak jauh beda antara satu dan lainnya, hanya beberapa film horror saja yang sukses seperti film Jelangkung yang mampu go internasional selebihnya merupakan "copycat" dari film tersebut. Karena takut masyarakat bosan dengan film horror maka para sineas lokal pun membuat ide baru menyatukan horror dan komedi seks, yaahh..sebuah kesegaran tersendiri bagi rakyat yang senang akan cerita yang menampilkan adegan "lebay" dan cenderung kontroversial, maka cerita horror yang digabung dengan adegan "syur" pun terus menambah. Andaikan para sineas lokal dan PH lokal mampu membuat film yang menampilkan aksi lebih banyak dan tegang pasti akan mampu mengubah paradigma perfilman nasional yang saat ini masih "dikuasai" oleh film-film horror, komedi seks, dan percintaan ala remaja. Sebenarnya tak semua film lokal itu tak bagus, ada beberapa film-film yang sukses seperti Merantau, Laskar Pelangi, ataupun Merah Putih, hanya saja film-film tersebut bisa dihitung dengan jari dan hanya segelintir yang "promosi"nya bagus. Adapun beberapa film yang sebenarnya terhitung bagus tetapi karena promosi yang kurang dapat menambah kurangnya minat masyarakat. Masyarakat terbukti lebih mengagumi aksi-aksi film luar, dari sisi positif mungkin film-film luar akan mampu membuat sineas-sineas lokal lebih kreatif, tetapi sisi negatif nya ialah perfilman nasional juga akan terus kalah bersaing jika tak mempersiapkan diri lebih matang lagi, lebih mantap lagi sehingga mampu membuat masyarakat berubah pikiran atas ketidakmampuan film lokal. Semoga saja dari hasil final yang akan diputuskan oleh Dirjen Bea & Cukai bersama dengan MPA nanti bisa memuaskan seluruh masyarakat kita yang telah "Addict" dengan film-film hollywood tapi juga tak meremehkan film-film lokal, agar sineas-sineas kita tak kalah saing melulu dan beribu-ribu karyawan bioskop nasional tak kehilangan pekerjaan.
By : DaY
No comments:
Post a Comment